3 Strategi Upgrade Kegiatan Serikat Pekerja Di Era Digital

Pada era digital ini, seluruh lapisan masyarakat telah mengupgrade diri mereka agar dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dunia. Cara-cara lama mulai ditinggalkan dan mereka mulai beradaptasi dengan jaman, budaya, kebiasaan, dan tren baru. Begitu pula yang seharusnya dilakukan oleh serikat pekerja. Salah satu wadah ekspresi pekerja ini juga harus mampu beradaptasi dalam melakukan atau menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya. Sebab, cara-cara lama tidak lagi ampuh untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan melindungi hak-hak anggotanya atau menarik pekerja baru untuk bergabung menjadi anggotanya.

Serikat pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh,  dan untuk pekerja baik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan yang sifatnya bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Tujuan dari serikat pekerja sendiri adalah untuk memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, terdapat 6 fungsi  dari serikat pekerja, yaitu:

  1. Pihak dalam membuat perjanjian kerja bersama (PKB) dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PPHI);
  2. Wakil pekerja di dalam lembaga kerja sama (LKS) bipartit ataupun tripartit sesuai dengan tingkatannya;
  3. Salah satu sarana hubungan industrial untuk menciptakan hubungan yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan undang-undang;
  4. Wadah penyalur aspirasi pekerja dalam memperjuangkan kesejahteraannya;
  5. Perencana, pelaksana, dan penanggung jawab terlaksananya mogok kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
  6. Wakil pekerja dalam memperjuangkan hak saham di perusahaannya.

Di era digital ini, mayoritas serikat pekerja memiliki keluhan yang sama, yaitu kesulitan melakukan regenerasi. Pekerja pada generasi baru jaman sekarang cenderung tidak melirik serikat pekerja sebagai suatu wadah yang bermanfaat bagi dirinya maupun keluarganya. Hal ini dikarenakan berbagai faktor, salah satunya adalah tidak mampunya serikat pekerja beradaptasi dengan jaman. Mayoritas serikat pekerja masih mempertahankan tradisinya, seperti melaksanakan rapat formal di ruang rapat tertutup atau melakukan aksi-aksi turun ke jalan. Tentu hal tersebut tidak salah, namun seiring perkembangan jaman, serikat pekerja perlu strategi baru agar dapat bertahan di era digital. Berikut adalah 3 strategi yang dapat dilakukan serikat pekerja dalam melaksanakan kegiatan keserikatpekerjaannya:

Rapat di Warung Kopi

Strategi pertama yang dapat dilakukan serikat pekerja adalah dengan melakukan rapat santai dengan anggotanya di warung kopi. Rapat dengan cara lama tentu sudah tidak efektif, karena rapat di ruang tertutup dengan waktu yang lama justru akan membuat suasana yang kaku dan akan menimbulkan rasa bosan. Sehingga ide-ide kreatif sulit bermunculan dari para anggota. Dengan rapat di warung kopi tentu akan memecah suasana bosan. Selain itu, dengan rapat di warung kopi, anggota dapat menyampaikan ide-ide kreatifnya secara leluasa tanpa merasa tertekan dan akan meningkatkan solidaritas antar anggota.

Di jaman sekarang tidak sulit menemukan warung kopi. Sudah banyak warung kopi di pelataran jalan yang menyediakan tempat rapat dengan harga menu yang terjangkau. Serikat pekerja dapat memanfaatkan warung kopi sebagai tempat berbincang mengenai kegiatan keserikatpekerjaan, program kerja, atau hanya sekadar berbicara mengenai rutinitas keseharian. Sehingga akan terbentuk rasa kebersamaan dan kekeluargaan di dalam serikat pekerja.

Webinar

Sejak adanya pandemi Covid-19, webinar menjadi sebuah sarana edukasi yang dijadikan solusi selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Mulai dari instansi pendidikan, sampai dengan instansi pemerintah telah menjadikan webinar sebagai program kerja pengembangan sumber daya manusia. Hal tersebut juga dapat dilakukan oleh serikat pekerja, mengingat generasi jaman sekarang mendambakan freedom of work melalui fleksibilitas kerja. Melalui webinar, serikat pekerja dapat melaksanakan fungsi pengembangan sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh anggotanya. Anggota serikat pekerja  tidak harus datang ke lokasi webinar, sehingga serikat pekerja dapat memberikan kamudahan dan fleksibilitas bagi anggotanya, terutama kaum muda.

Konten Media Sosial

Mogok kerja dan aksi demonstrasi merupakan beberapa cara bagi serikat pekerja untuk mengekspresikan diri atau menyampaikan aspirasinya. Namun cara ini sudah terbilang kolot. Selain itu mogok kerja atau aksi demonstrasi tidak efektif dalam menarik perhatian pengusaha maupun masyarakat. Pada era digital ini bermunculan berbagai platform media sosial yang dapat dijadikan media ekspresif bagi serikat pekerja, utamanya dalam menyampaikan aspirasinya. Dengan membuat konten di media sosial, serikat pekerja dapat mengekspresikan segala tuntutannya dan aspirasinya dengan jangkauan perhatian yang luas. Pengusaha dan bahkan masyarakat dapat mendengar tuntutan atas aspirasi yang ingin disampaikan dengan lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran.

Selain penyampaian tuntutan dan aspirasi, serikat pekerja juga dapat membangun branding atau citranya sendiri. Serikat pekerja dapat memposting kegiatan-kegiatan positif atau materi edukatif di media sosial. Dengan demikian tentu masyarakat utamanya kaum pekerja akan melirik serikat pekerja dan tertarik menjadi anggota serikat pekerja.

Itulah 3 strategi yang dapat dilakukan serikat pekerja dalam mengupgrade kegiatan keserikatpekerjaan di era digital. Presiden ke-35 America Serikat, John F. Kennedy mengatakan “Change is the law of life. And those who look only to the past or the present are certain to miss the future.” yang artinya perubahan adalah hukum kehidupan dan siapapun yang hanya melihat masa lalu dan masa kini akan kehilangan masa depan. Begitu pula serikat pekerja. Serikat pekerja harus mampu melihat kesempatan di masa depan, jangan sampai terjebak di masa lalu maupun masa kini. Selain itu serikat pekerja juga harus mampu beradaptasi dengan masa depan agar dapat bertahan di era digital yang menuntut perubahan yang lebih cepat.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp